7 Keajaiban Langit Selama Isra' dan Miraj
Tujuh Lapis Langit Dalam Peristiwa Mi’raj
Isra’
dan Mi’raj merupakan salah satu peristiwa penting yang menguji
keimanan. Terjadi pada bulan Rajab tahun ke-12 kenabian. Isra’ adalah
perjalanan Rasulullah SAW pada malam hari dari Masjidil Haram di Mekah
ke Masjidil Aqsha di Palestina.
Allah SWT berfirman
“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada
suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami
berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha
Melihat” (QS. Al-Isra’[17]:1)
Sedangkan Mi’raj adalah
perjalanan Nabi SAW dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha. Tempat
beliau menerima perintah shalat dari Allah SWT. Kata Mi’raj berasal
dari kata ‘araja, artinya perjalanan naik ke langit. Bentuk lain kata
ini menjadi nama salah satu surah dalam Al-Qur’an surah al-Ma’rij
(tempat-tempat naik).
Allah SWT berfirman
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari
yang setara dengan lima puluh ribu tahun” (QS. Al-Ma’arij [70]:4)
Namun
dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj, kekuasaan Allah berlaku atas
Rasulullah SAW. Beliau melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke
Masjidil Aqsha, dan dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha hanya dalam
waktu satu malam. Apa saja yang beliau alami dalam perjalanan Isra’ dan
Mi’rajnya?
Imam al-Bukhari meriwayatkan salah satu sabda
Rasullullah SAW tentang peristiwa Isra’ dan Mi’raj, yang diriwayatkan
dari Hudbah bin Khalid, dari Hammam bin Yahya, dari Qatadah, dari Anas
bin Malik, dari Malik bin Sha’sha’ah. Nabi SAW bercerita tentang malam
perjalanan isra’, “Ketika aku berada di Al-Hathim- atau, beliau
menyebut, di al-Hijir- dalam keadaan berbaring, tiba-tiba seseorang
datang lalu membelah.”
Qatadah berkata, “Dan aku juga
mendengar beliau berkata, ‘lalu dia membelah apa yang ada di antara ini
dan ini.’ Aku bertanya kepada al-Jarud yang saat itu ada di
sampingku,’Apa maksudnya?’ Dia berkata,’Dari lubang leher dada hingga
bawah perut’ dan aku mendengar dia berkata, ‘dari atas dadanya sampai
tempat tumbuhnya rambut kemaluan.”
Rasulullah SAW melanjutkan,
“Lalu laki-laki itu mengeluarkan kalbuku (hati), kemudian dibawa kan
kepadaku sebuah tempayan emas yang dipenuhi dengan iman, lalu dia
mencuci hatiku, dan mengisinya dengan iman dan diulanginya. Kemudian
didatangkan kepadaku hewan tunggangan berwarna putih, lebih kecil dari
baghal namun lebih besar dari keledai.”
Al-Jarud
berkata,”Apakah itu yang dinamakan buraq, wahai Abu Hamzah?” Anas
menjawab, “Ya, buraq itu meletakkan langkah kakinya pada pandangan mata
terjauh.”
“Aku menungganginya,” lanjut Nabi SAW, “Aku
berangkat bersama Jibril hingga sampai di langit dunia. Jibril lalu
meminta dibukakan pintu langit, lalu dia ditanya, ‘Siapa?’ Jibril
menjawab, ‘Jibril’. Ditanyakan lagi, ‘Siapa yang bersamamu?’. Jibril
menjawab,’Muhammad’. Jibril kembali ditanya, ‘Apakah dia telah diutus?’
Jibril menjawab ‘Ya’. Maka dikatakan,’Selamat datang baginyadan ini
sebaik-baik kedatangan orang yang datang.’
“Maka pintu
langit pertama pun dibuka. Setelah melewatinya, aku berjumpa dengan
Adam. Jibril berkata, ‘Ini adalah bapakmu, Adam. Berilah salam
kepadanya.’ Aku lalu memberi salam kepadanya dan Adam membalas salamku
lalu berkata , ‘Selamat datang anak yang saleh dan nabi yang saleh.’
“Aku
kemudian dibawa naik ke langit kedua, lalu Jibril meminta dibukakan
pintu langit kedua kemudian ditanya, ‘Siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril’.
Ditanyakan lagi, ‘Siapa yang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad.’
Ditanyakan lagi, ‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril menjawab, ‘Ya.’. Maka
dikatakan, ‘Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan
orang yang datang.’ Pintu lain kedua pun dibuka. Setelah aku
melewatinya, aku berjumpa dengan yahya dan Isa, keduanya adalah anak
dari satu bibi. Jibril berkata,’Ini adalah Yahya dan Isa, berilah salam
kepada keduanya.’ Aku pun memberi salam pada keduanya dan mereka
membalas salamku lalu berkata,’Selamat datang saudara yang saleh dan
nabi yang saleh.’
“Selanjutnya, aku dibawa naik ke langit
ketiga, lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit ketiga. Jibril
ditanya,’Siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Ditanyakan lagi, ‘Siapa
orang yang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad’ Ditanyakan lagi,
‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril menjawab, ‘ya.’ Maka dikatakan,
‘Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang
datang.’ Pintu langit ketiga pun dibuka. Setelah melewatinya, aku
berjumpa dengan Yusuf. Jibril berkata,’Ini adalah Yusuf. Berilah salam
kepadanya.’ Maka aku memberi salam kepadanya dan Yusuf membalas salamku
dan berkata,’Selamat datang saudara yang saleh dan nabi yang saleh.’
“Aku
kemudian dibawa ke langit keempat. Jibril kemudian meminta dibukakan
pintu langit keempat dan dia ditanya, ‘Siapa?’ Jibril menjawab,’Jibril.’
Ditanyakan lagi, ‘Siapa orang yang bersamamu?’ Jibril menjawab,
‘Muhammad’ Ditanyakan lagi, ‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril menjawab,
‘ya.’ Maka dikatakan, ‘Selamat datang baginya dan ini sebaik-naik
kedatangan orang yang datang.’ Maka pintu langit keempat dibuka. Setelah
melewatinya, aku berjumpa dengan Idris. Jibril berkata,’Ini adalah
Idris, berilah salam kepadanya.’ Aku pun memberi salam kepadanya. Idris
membalas salamku lalu berkata, ‘Selamat datang saudara yang saleh dan
nabi yang saleh.’
“Aku kemudian dibawa ke langit kelima.
Jibril kemudian meminta dibukakan pintu langit kelima dan dia ditanya,
‘Siapa?’ Jibril menjawab,’Jibril.’ Ditanyakan lagi, ‘Siapa orang yang
bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad’ Ditanyakan lagi, ‘Apakah dia
telah diutus?’ Jibril menjawab, ‘ya.’ Maka dikatakan , ‘Selamat datang
baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.’ Pintu langit
kelima pun dibuka. Setelah melewatinya, aku bertemu dengan Harun. Jibril
berkata,’Ini adalah Harun. Berilah salam kepadanya.’ Aku lalu memberi
salam kepadanya. Harun membalas salamku dan berkata, ‘Selamat datang
saudara yang saleh dan nabi yang saleh.’
“Aku kemudian
dibawa ke langit keenam. Jibril kemudian meminta dibukakan pintu langit
keenam dan dia ditanya, ‘Siapa?’ Jibril menjawab,’Jibril.’ Ditanyakan
lagi, ‘Siapa orang yang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad’
Ditanyakan lagi, ‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril menjawab, ‘ya.’ Maka
dikatakan , ‘Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang
yang datang.’ Pintu langit keenam pun dibuka. Setelah melewatinya, aku
mendapatkan Musa. Jibril berkata,’Ini adalah Musa. Berilah salam
kepadanya,’Aku pun memberi salam kepadanya. Musa membalas salamku lalu
berkata, ‘Selamat datang saudara yang saleh dan nabi yang saleh.’ Ketika
aku sudah selesai, tiba-tiba Musa menangis. Ditanyakan
kepadanya,’Kenapa kamu menangis?’ Musa menjawab,’Aku menangis karena
anak ini diutus setelahku, namun orang yang masuk surga dari umatnya
lebih banyak dari orang yang masuk surga dari umatku.’
“Aku
kemudian dibawa ke langit ketujuh. Jibril kemudian meminta dibukakan
pintu langit ketujuh dan dia ditanya, ‘Siapa?’ Jibril
menjawab,’Jibril.’ Ditanyakan lagi, ‘Siapa orang yang bersamamu?’ Jibril
menjawab, ‘Muhammad’ Ditanyakan lagi, ‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril
menjawab, ‘ya.’ Maka dikatakan, ‘Selamat datang baginya, dan ini
sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang.’ Pintu langit ketjuh pun
dibuka. Setelah melewatinya, aku mendapatkan Ibrahim. Jibril
berkata,’Ini adalah bapakmu, Ibrahim. Berilah salam kepadanya.’ Aku pun
memberi salam kepadanya. Ibrahim membalas salamku dan berkata, ‘Selamat
datang anak yang saleh dan nabi yang saleh.’
“Setalah itu,
ditampakkan kepadaku Sidratul Muntaha, bentuknya seperti tempayan
daerah milik Hajar dengan daunnya mirip telinga-telinga gajah. Jibril
berkata,’Ini adalah Sidratul Muntaha.’ Ternyata di dasarnya ada empat
sungai, dua sungat batin dan dua sungai zahir. Aku bertanya, ‘Apakah ini
wahai Jibril?’ Jibril menjawab, ‘Dua sungai batin adalah dua sungai
yang berada di surga, sedangkan dua sungai zahir adalah Nil dan Eufrat.’
Aku kemudian diangkat ke Baitul Ma’mur dan diberi tiga gelas minuman.
Satu gelas berisi khamir, satu gelas berisi susu, dan satu gelas berisi
madu. Jibril berkata, ‘Ini merupakan fitrah yang kamu dan umatmu berada
di atasnya,’ kemudian diwajibkan bagiku shalat lima puluh kali setiap
hari.
“Saat aku kembali dan lewat di hadapan Musa, dia
bertanya, ‘Apa yang telah diperintahkan kedapamu?’ Aku menjawab, ‘Aku
diperintahkan shalat lima puluh kali setiap hari.’ Musa berkata, ‘Umatmu
tidak akan sanggup melaksanakan shalat lima puluh kali dalam sehari.
Demi Allah, aku telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelum kamu,
dan akku juga telah berusaha keras membenahi Bani Israil dengan
sungguh-sungguh. Kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan untuk
umatmu.’ Aku pun kembali dan Allah memberiku keringanan dengan
mengurangi sepuluh shalat. Aku kembali menemui Musa. Musa pun mengatakan
sebagaimana yang dia katakan sebelumnya. Aku pun kembali dan Allah
memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat, lalu aku kembali
menemui Musa. Musa kembali berkata sebagaimana yang dia katakan
sebelumnya. Aku pun kembali, dan Allah memberiku keringanan dengan
mengurangi sepuluh shalat, lalu aku kembali menemui Musa. Musa masih
berkata sebagaimana yang dia katakan sebelumnya. Aku pun kembali, dan
aku diperintah dengan sepuluh kali shalat setiap hari. Aku pun kembali
dan Musa kembali berkata seperti sebelumnya. Aku lalu kepada Allah.
Akhirnya, aku diperintahkan dengan lima kali shalat dalam sehari. Aku
kembali kepada Musa dan dia berkata,’Apa yang diperintahkan kepadamu?’
Aku menjawab, ‘Aku diperintahkan dengan lima kasli shalat dalam sehari.’
Musa berkata,’Sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melaksanakan
shalat lima kali sehari. Aku telah mencoba menerapkannya kepada manusia
sebelum kamu, dan aku juga telah berusaha keras membenahi Bani Israil
dengan sungguh-sunggu. Kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan
untuk umatmu.’ Lalu aku (Rasullullah) berkata, ‘Aku telah banyak memohon
(keringanan) kepada Rabbku hingga aku malu. Aku telah ridha dan
menerimanya.’
“Ketika aku telah selesai, terdengar suara berseru,
‘Sungguh Aku telah memberikan keputusan kewajiban-Ku dan Aku telah
meringankannya untuk hamba-hamba-Ku.’”
(HR. al-Bukhari).
Adopted from Top Book Best Seller “Kerajaan Al-Qur’an” by Hudzaifah Ismail
Tidak ada komentar:
Posting Komentar